Dua atau satu tahun yang lalu kita mungkin masih melihat keberadaan uang receh di Pangkalanbun. Itu pun sudah tidak dalam bentuk satuan untuk yang seratus dan dua ratus rupiah uang receh. Orang pangkalan bun sudah biasa melinting dengan isolasi 5 pecahan seratus rupiah atau 2 buah dua ratus rupiah dan satu seratus rupiah. Tak lain agar menjadikan jumlah pecahannya menjadi lima ratus rupiah. Dan sekarang jangankan yang pecahan di bawah lima ratus rupiah, masyarakat Pangkalanbun sepertinya susah sekali memberi kembalian uang logam Rp500.
Sejak kembali dari Semarang 3 minggu ini, aku belum pernah sekalipun menerima kembalian uang receh logam Rp500. Termasuk uang 500 yang terdiri dari beberapa uang 100 atau 200 seperti yang kujelaskan tadi. Wow, terkejut tentunya sebab baru 2 tahun aku tidak berada di Pangkalanbun sudah seperti ini. Bahkan di toko sekelas minimarket atau toserba sama sekali tidak ada pengembalian receh. Malah di suatu ketika aku menerima kembalian dengan berakhiran Rp700, itu diganti dengan satu atau dua buah permen dan sebuah chocolatos.
Untuk fenomena pengembalian Rp500 diganti dengan kembalian permen memang sudah terjadi sejak dulu. Tapi dulu masih cukup ada nampak uang Rp500 baik lintingan pecahan atau logam. Jadi begini seolah bahwa nominal terendah di Pangkalanbun yang masih diterima adalah Rp1000.
Pelajaran pertama kalau membeli barang-barang di toko market belilah dengan uang pas atau membeli berbagai barang yang kembaliannya tidak lebih dari Rp500. Sebagai contoh jika jumlah pembelian anda Rp23.200, bisa jadi anda akan menerima kembalian uang 23ribu rupiah dan 3 buah permen dan satu chocolatos. Hahahaha. Nikmati itu!
Oleh Arsyil Hendra Saputra
21 Agustus 2010
No comments:
Post a Comment