Ini yang kedua kalinya aku ikut berselancar ria di Pasar Rakyat Grebek Besar Demak. Sebelumnya adalah tahun 2008 lalu. Pasar Rakyat Grebek Besar kali ini kurang lebih sama dengan kali sebelumnya. Cuma yang membedakan adalah aku kali ini “Besaran” bersama-sama dengan satu keluarga dari Pakde (baca: paman) aku, yaitu dengan istri, tiga anak, dan satu menantu beliau juga dengan sepasang suami istri tetangga beliau beserta satu anaknya. Wah wah dah kayak satu RT aja nich.
Yup, “Besaran”. Orang Demak biasa bilang seperti itu untuk kegiatan mengunjungi Pasar Rakyat Gerebek Besar itu. Sebutan yang aneh memang. Tapi dah gak masalah buat yang biasa dengar istilah itu. Sebenarnya waktu kecil dulu ibuku pernah ngomong mengenai satu istilah itu. Waktu itu di pikiranku Besaran ya adalah Idul Adha, dan diiringi kebiasaan untuk berbelanja di pasar.
Aku akhirnya baru tau arti sebenarnya setelah sekarang di Demak. Pasar Rakyat Grebek Besar adalah sebuah Pasar yang hanya dilaksanakan waktu bulan idul adha. Dengar-dengar sih buka sampai 24 jam. Semua masyarakat Demak dan bisa jadi luar Demak pun berbondong-bondong ke sana. Apalagi di malam idhul adha, hampir semua orang tumpah ruah di pasar tersebut. Kayak lautan manusia waktu perayaan tahun baru.
Tadi malam yang merupakan malam lebaran idhul adha, benar-benar banyak banget. Yang aku tahu ada dua titik yang menjadi pusat “Besaran” orang-orang, yaitu pasar rakyatnya sendiri dan alun-alun kota Demak.
Pertama aku dan rombongan (baca: keluarga pakdeku) berkunjung ke Pasar Rakyat. Tau gak, titik yang paling pertama mereka datangi? Yaitu tontonan dangdut. Walah.. oh my God! Cz i am not like dangdut. Jadinya, diriku menunggu di luar aja, untungnya pamanku gak ikut nonton alias temani aku di luar. Lama banget kami menunggu di luar.
Waktu itu, aku lagi gak bawa hp, jadinya sambil menunggu itu tak ada apapun yang kulakukan. Ada sih, yaitu mempelajari kondisi lingkungan sekitar. Baru kali ini aku merasa beda dari orang-orang lainnya di sekitarku. Di saat semua orang di situ bersenang-senang, joget-joget, bermesraan dengan pacarnya, dan lain sebagainya. Aku malah pikiranku di saat itu menganalisis mereka, mempelajari, dan merenungi kondisi dan keadaan sekitarku. Duh bahasaku muter-muter ya.
Begini, intinya aku merasa bersyukur dengan diriku saat ini. Aku bersyukur tidak seperti mereka-mereka yang joget-joget, merokok, hura-hura deh, menurutku kurang bermanfaat gitu yang dilakukannya. Gak ada rasa malu sedikitpun.
Waktu itu aku hanya berdiri diam sambil melihat di sekitarku. Yah itu para remaja joget-joget, dan juga ada yang merokok bareng-bareng dengan teman-temannya. Bahkan aku juga liat anak kecil sekitar baru 6 tahun lah dah joget2 dan merokok. Huft ngeri pokoknya aku melihat. Belum lagi orang yang berpacaran, mungkin hampir semuanya. Bahkan aku juga kayaknya ada liat yang berpacaran dengan sesama cowok (baca: bencong). Hiiiii. Huweekk! Wakaka.
Apa karena satu tahun ini aku anak wisma yach n gak lagi mengenal cewek, aku jadi seorang pemikir intelek gini. (ow ow) Selama ini kerjaanku adalah kuliah dan organisasi. Oh atau karena aku dah gede. Hehe. Beneran loh, di kaca kulihat badanku dah semakin gede. Yuk deh syil.
Lanjut ah, sampai dimana tadi? Sampai mereka nonton dangdut yach. Iya lama banget aku dan Pakdeku nunggu, sekitar satu jam. Setelah mereka keluar, kami pun melanjutkan berselancar ria di pasar itu.
Memang gak seru kalau jalan bareng para orang tua. Gak bebas. Padahal aku di pasar itu mau nyempatin beli kaos kaki dan celana dalam. Tapi di akhir perjalanan gak ada barang apapun yang ku beli. Huft, kecewa nich. Yah gpp lah besok-besok aja kalau ke pasar Demak. Di Demak, barang-barang murah-murah banget.
Satu lagi hal yang bikin greget aku (kritis nih aku ceritanya), yaitu lalu lintas yang sangat tidak teratur dan kacau sekali ditambah lagi para pengendara motor yang mayoritas anak muda yang naik motor ugal-ugalan. Kulihat emang pengatur lalu lintasnya dikit bannget.
No comments:
Post a Comment