Lelaki itu sepertinya sedang berpikir dalam. Merasa kecewa terhadap pujaan hatinya. Entah gerangan apa yang yang membuatnya kecewa. Tapi di akhir lamunannya itu dia berdoa “Ya Allah aku ingin bidadari”.
Malam yang sudah cukup larut itu pun tak terasa lagi membuatnya kantuk. Sejenak matanya menengadah ke atas dan sesekali bantal yang ada di kepalanya ditaruh di depan dada sambil dipeluknya. Meski mata masih terbuka, pandangan lantas seperti tak sedang melihat apa-apa, dikarenakan sebuah hal sedang banget dipikirkannya. Hal yang kala dulu selalu mengganggunya dari awal bangun tidur hingga akhir mata tertutup. Bahkan terkadang masih hingga saat ini.
Oh wanita, sungguhkah aku menginginkanmu. Kalimat puitis itu yang mungkin sedang bertengger di kepalanya. Acap kali pula mukanya berubah muram. Tiap kali dia memikirkan tentang wanita selalu saja teringat seorang wanita saja. Tak lain tentu pujaan hatinya. Yang dulu sungguh diinginkannya. Lantas kenapa jadi muram? Oh aku tau, mungkin kalimat “aku benci kamu..! tapi aku rindu kamu”, yang terkadang dilampiaskan kepada sosok wanita di pikirannya itu.
Sungguh dia khilaf, salah terlalu menginginkan pujaan hatinya. Karena sangat punya kemungkinan , wanitanya nanti bukanlah ia. Jodoh di tangan Tuhan, ungkapan yang sangat diyakininya. Dia pun teringat sebuah kalimat yang selalu dipegangnya, “Wanita-wanita baik hanya untuk laki-laki baik, dan laki-laki baik hanya untuk wanita-wanita baik”. Merupakan kalimat yang memberikan motivasi agar ia menjadi sebaik-baiknya laki-laki. Dengan harapan kelak wanita yang ia dapatkan adalah sebaik-baiknya wanita, atau mungkin laksana bidadari? Semoga.
No comments:
Post a Comment