Thursday, November 25, 2010

Please, Say No to Marah-Marah and Bentak-Bentak!


Jadi inget sebuah hadis, "Orang yang kuat bukanlah orang yang hebat dalam bertengkar, sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang bisa menahan emosi ketika harus marah". Kata bijak itu dulu ketika jaman PMB (a.k.a ospek) juga pernah kulontarkan ke teman-temanku seangkatan. Aku masih ingat itu. Sebab itu dulu kugunakan sebagai penyejuk ketika teman-teman angkatanku mulai emosi terhadap senior. Dan alhamdulillah bisa terkontrol. Tapi itu dulu. Dulu yang sudah lama sekali terjadi. 2 tahun yang lalu coy. DUh malah jadi ingat masa-masa itu.

Ohya, ini bukan tulisan untuk seseorang ataupun sebuah kelompok ini merupakan tulisan untuk semua orang. Bukan maksud menggurui. Aku tahu bahwa kawan-kawan semua sudah gede. Mungkin hanya untuk mengingatkan atau saling bernasehat saja. Karena bisa jadi kawan-kawan masih masih seperti itu (marah-marah dan bentak-bentak). Maka diini kuingatkan, tolong, katakan tidak untuk marah-marah dan bentak bentak!

Ketika lihat orang marah-marah dan bentak-bentak aku jadi ingat waktu sekolah dulu. Sesuatu yang alhamdulillah sekarang bisa dewasa merenunginya (amin). Kalau mengenai marah-marah tidak usah kemana-mana, sebab di rumahku sendiri sudah ada pengalaman kena marah-marah itu. Hampir setiap hari aku mendapat marah orangtua aku, yaitu ibu tersayangku. Benar banget, bahwa marah itu karena ada kesalahan yang telah kita perbuat. Ibuku marah tentu karena ada kesalahan yang telah kuperbuat. Namun apakah jika seseorang salah harus selalu dengan marah-marah? Insyaallah tidak! Marah jangan sebagai alternatif satu. Sebab kalau bisa dengan secara halus kenapa tidak. Tapi kalau kurang berfek memang perlu sedikit tegas. Namun belum sampai marah-marah sekali. Marah baru terjadi kalau alternatif paling akhir. Alias kesabaran sudah habis. Tapi itupun harus dikontrol emosinya. Gimana ya jelasinnya, intinya sebaiknya marah-marah tidak diupayakan terjadi.

Kemudian pengalaman bentak-bentak, itu bahkan terjadi pada diriku sendiri. Aku sebagai pelaku bentak bentak. Yaitu dulu ketika di SMA, di dalam organisasi, OSIS dan Drum Band. Ketika masa penerimaan siswa baru (MOS). Aku sebagai orang yang cukup punya posisi di kedua organisasi itu. Ketika MOS, kerjaanku adalah melakukan bentak-bentak kepada siswa baru (baca:junior). Lalu, ada yang masih kuingat sampai sekarang, nasehat kecil dari seorang teman, yang mana dulu masuk telinga kananku tapi keluar lagi dari telinga kiriku, eh sekarang nasehat itu malah mengena di aku. Terima kasih Haris, salah satu temanku.

Di sela-sela kegiatan MOS, dia sempat berbisik ke aku "Syil, gak usah marah-marah". Sangat singkat dan lirih suaranya. Karena dia juga berhati-hati bernasehat seperti itu. Karena tidak mau nasehat itu malah menyakiti hatiku. Yah, menasehatinya secara kawan dan sahabat. Si Haris sekarang adalah ketua UKMI (rohis sebuah perguruan tinggi di jogjakarta).

Dulu tujuanku saat MOS marah-marah itu adalah adalah untuk tegas dan melatih mental mereka. Untuk mengenai mental ketika SMA itu aku sudah dapat solusinya. Ada suatu cara dimana tanpa bentak-bentak, mental mereka terlatih. Namun untuk yang adalah tegas, sekarang kuyakini bahwa untuk tegas tidak harus dengan marah-marah atau bentak-bentak. Selama tegas itu bisa didengar, maka tak perlu mengeraskan suara lisan berlebihan (bentak). Intinya TETAP TEGAS TAPI TIDAK BENTAK.

Inilah tulisan yang berisi nasehat dan pengalaman pribadiku. Semoga bisa bermanfaat bagi kawan-kawan semua. Mohon maaf jika tidak ada yang berkenan dengan tulisan ini. Tapi aku mohon tidak perlu ditanggapi, keluarkan aja lewat telinga kiri kalau anda tidak menyukai tulisan ini. Terima kasih atas perhatiannya.

Oleh: Arsyil Hendra Saputra



No comments:

Post a Comment