Tulisan ini saya buat dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (HARPIDNAS), 2 Mei 2009. Semoga menjadi koreksi bagi perkembangan pendidikan di Inonesia. Namun dalam hal ini saya akan menitikberatkan mengenai perbandingan antara sistem pendidikan negara kita dengan negara lain. Tak perlu muluk-muluk membandingkan dengan negara maju seperti Amerika atau Jepang, cukup kita telaah saja dengan negara tetangga dekat kita yaitu Malaysia. Pantaskah kita percaya diri bahwa kita lebih baik? Berikut hal yang harus kita pertimbangkan.
Dari referensi yang saya dapat ternyata bahkan dari sistem pendidikan yang terbawah (SD) hingga yang perguruan tinggi (universitas), Malaysia mempunyai nilai “lebih” dari kita. Di Malaysia negara sepenuhnya mendukung pembangunan pendidikan, baik dari sistem maupun dari sarana dan prasarana.
Di malaysia, ketika sebuah keluarga memiliki seorang anak maka orang tuanya wajib mendaftarkannya di sekolah rendah (Indonesia=SD) satu tahun sebelum masa sekolah. Hal ini dimaksudkan agar adanya kepastian bahwa anaknya mengikut pendidikan wajib. Di Malaysia masa persekolahan sekolah rendah adalah 7-12 tahun. Jadi saat seorang anak sudah berumur 6 tahun, jika orang tua belum mendaftarkannya ke sekolah rendah maka akan dikenakan sanksi undang-undang. Orang tua akan dikenakan denda max RM 5000 atau kurungan penjara max 6 bulan atau kedua-duanya sekali. Yang tak kalah bernilai “plus” juga adalah mengenai uang bayaran sekolah rendah di Malaysia. Tidak seperti di Indonesia yang banyak pungutan-pungutan sekolah, di Malaysia sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapa dan Guru) hanya dibayar perkeluarga. Jadi kalau sebuah keluarga memiliki 1 anak atau lebih sama saja bayaran yang dikeluarkan. Selain itu pungutan lain tidak ada termasuk sumbangan untuk dana pembangunan. Sebab dana pembangunan sepenuhnya merupakan tanggungjawab pemerintah.
Selanjutnya mari kita menelaah ke jenjang perguruan tinggi. Ada beberapa perbedaan dengan di Indonesia. Jika kita melihat dari bayaran semesteran, kalau di Indonesia bayaran semester S2 dan S3 lebih mahal dari S1, sedang di Malaysia sebaliknya S1 malah lebih mahal dari S2 dan S3. Selain itu jika kuliah di universitas negeri di Malaysia, uang bayaran tiap semesternya semakin murah dengan bertambahnya semester. Misalnya pada semester 1 mahasiswa dikenakan uang semester sebesar RM 1700, sedangkan pada semester 2 sebesar RM 1400, dan seterusnya. Hal ini lagi-lagi dikarenakan pemerintahnya. Pemerintah kerajaan Malaysia memberikan subsidinya pada tiap kampus negeri disana.
Namun ada juga perbedaan yang cukup membuat Indonesia agak lebih “plus” dari malaysia. Yaitu dari segi output yang dihasilkan. Jika di Indonesia, mahasiswa lebih bebas mengikuti kegiatan ekstra dan kelompok-kelompok studi, di Malaysia mahasiswa seolah hanya difokuskan di dalam kampus saja ditambah ada peraturan yang melarang mahasiswa berkancah di perpolitikan. Sehingga bisa dibilang mahasiwa Malaysia lebih pasif. Jika ada diskusi atau seminar kurang vokal. Sedang di Indonesia tidak karena mahasiswanya sudah terbiasa vokal pada kegiatan ekstra.
Begitulah beberapa keadaan pendidikan di Malaysia atas perbandingan di Indonesia. Meskipun dalam tulisan saya ini lebih banyak menyebutkan kelebihan dari Malaysia, bukan berarti saya menjelekkan negeri saya sendiri. Masa’ sebagai anak bangsa kita malah tidak menghargai bangsanya sendiri. Yakinlah suatu saat pendidikan bangsa kita akan berubah. Oleh itu kita tetap semangat dan berjuang untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia. Sebab masa depan Indonesia ada di tangan kita! Hidup pemuda!
Referensi :
- http://f4iqun.wordpress.com/
- http://www.bawean.net/
No comments:
Post a Comment